Pentingnya Air Bersih Untuk Hidup Yang Lebih Sehat

Malam itu seperti biasa saya menemani anak-anak belajar di kamar sambil menunggu adzan Isya. Sementara suami baru saja pulang dari kantor. Segelas teh manis hangat sudah saya siapkan di meja. Begitu pun dengan piring dan lauk pauk untuk makan malam. Nasinya tinggal ambil sendiri di alat penanak nasi otomatis.

“Mah, mah… sini cepet!”, setengah berteriak suami yang sedang mengambil nasi memanggil saya.

“Apaan?”, tergopoh-gopoh saya segera menghampiri suami.

“Kata Mamah, ini bau gak?”, tanya suami sambil menyodorkan nasi di piring untuk saya cium baunya.

Segera saya cium nasi itu, dan ternyata memang benar tercium bau tidak enak. Teksturnya juga sudah berubah, sedikit berlendir. Jelas kalau nasi sudah basi.

“Ih… iya. Kenapa ya? Padahal ini nasi baru dimasak tadi pagi. Tadi siang anak-anak makan masih bagus. Terus gimana donk? Sekarang masak nasi lagi ya? Tapi nunggu lama”.

“Gak usah, ini saja. Belum terlalu basi koq”, suami kemudian menambahkan lauk pauk ke atas nasi yang sudah diambilnya tadi.

Tapi saya tetap mencuci beras untuk dimasak, anak-anak memang belum akan makan malam segera, PRnya belum selesai.

Suami menyarankan saya memeriksa alat penanak nasi yang sudah cukup lama kami miliki ini. Meski sedikit mengalami kerusakan di bagian engsel penutupnya, sebetulnya alat penanak nasi ini masih berfungsi cukup baik.

“Coba lihat, siapa tahu ada uap yang terperangkap dan kembali lagi ke bawah. Atau barangkali harus kembali masak nasi manual, pake langseng… bisa gitu pakenya???”, tanya suami dengan tatapan penuh keraguan.

Waduh… pakai langseng? Belum apa-apa sudah terbayang kerepotan yang akan saya hadapi kalau harus menanak nasi dengan langseng. Bukankah teknologi dicpitakan untuk mempermudah kerja manusia, termasuk urusan menanak nasi.

Sementara suami terpaksa makan malam dengan nasi yang bau dan basi.

Keesokan harinya, hampir setiap jam saya periksa kondisi nasi yang dimasak sejak malam itu. Dan benar saja, siangnya nasi kembali bau dan basi. Begitu terus berhari-hari.

Tak mau direpotkan dengan benda bernama langseng, saya  segera mengganti alat penanak nasi yang sudah rusak dengan yang baru. Dan ya, nasi yang dimasak sejak pagi bisa bertahan sampai pagi lagi. “Ah, rupanya alat penanak nasi kemarin memang sudah rusak”, begitu pikir saya.

Tapi ternyata, selang beberapa hari kemudian, nasi yang baru saya masak mengalami hal yang sama. Bau dan basi.

Ketika saya mengadukan hal ini kepada mertua, mertua bilang,

“Kade ah… itu mah kila-kila. Biasana sok aya nu tuluy gering”.

Menurut mitos, nasi yang cepat bau dan basi tak lama setelah dimasak ini menandakan salah satu anggota keluarga akan mengalami sakit atau terjadi sesuatu yang buruk.

Dahulu saya sempat percaya mitos ini. Tapi sekarang saya tidak mau percaya begitu saja. Siapa sih yang mau hal yang buruk menimpa kita dan keluarga? Orang bilang kalau tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk, maka kita tidak boleh berpikiran negatif. Karenanya, sekarang saya tidak serta merta percaya mitos nasi bau = sakit.

Saya hampir putus asa dan memutuskan membeli langseng, tapi sebelumnya saya bercerita kepada seorang teman, lengkap dengan kekhawatiran atas mitos yang ada.

Teman saya kemudian bertanya, “air buat masak nasinya pake apa? Ledeng?”.

Saya pun mengiyakan, sumber air keluarga kami memang hanya air ledeng, alias air PAM. Air PAM yang kami tampung dalam bak penampungan ini kami gunakan untuk mandi, mencuci, memasak dan keperluan rumah tangga lainnya.

Di luar dugaan, teman saya malah tertawa.

“Aduh neeenngg… Itu mah dari air atuh. Tembok saja harus pake air bersih buat adukan semennya. Apalagi nasi? Nah, pas kamu masak nasi itu bisa jadi kualitas air ledengnya lagi jelek. Tau sendiri donk air ledeng itu darimana sumbernya?”, jelas teman saya.

Aiiihhh.. benar juga ya. Air PAM yang mengalir ke rumah kami memang tidak selamanya jernih. Paling sering adalah banyaknya endapan yang terbawa dalam air. Tapi kami menggunakan bak penampungan, jadi endapan ini tertinggal di bak penampungan. Hanya sesekali kami perlu membersihkannya.

Lalu terbayang air PAM yang berasal dari pengolahan air sungai. Bisa jadi proses pengolahan air sungai menjadi air bersih berjalan kurang sempurna atau mengalami pencemaran seperti yang terjadi di Surabaya tahun 2009 yang lalu.

Tanggal 15 Desember 2009 terlihat ada pencemaran air PDAM Surabaya karena adanya shock loading polutan yang berasal dari buangan industri maupun limbah rumah tangga. Pencemaran air PDAM ini terlihat melalui indikator tingginya bahan organik, dimana nilai bakteri E. coli  di air baku cukup tinggi. Dengan teknologi yang dimiliki PDAM, bakteri E. coli tak bisa dinetralisasi sepenuhnya (Sumber : VivaNews).

Unjuk rasa atas Pencemaran Sungai Surabaya oleh tinja, sumber gambar : klik di sini

Tidak hanya di Surabaya, di tahun 2011 air PDAM di Bekasi dan Jakarta pun mengalami hal yang serupa, tercemar bakteri E. coli dari tinja. Pencemaran ini diduga berasal dari pembuangan tinja secara serampangan ke Kali Bekasi, sumber air PDAM Bekasi dan Jakarta (Sumber : Tempo).

Tapi ya bagaimana lagi? Di rumah kami air PAM ini satu-satunya sumber air keluarga. Meski ada sumur, namun sudah lama tidak digunakan. Kualitas air tanah di sekitar rumah kami kurang bagus. Selain keruh, rasanya juga sedikit masam. Padahal rumah kami berada di daerah pegunungan. Meski begitu, seperti rumah-rumah di daerah perkotaan, jarak antara rumah dan septic tank yang berdempetan membuat kami tidak bisa menggunakan air tanah di sumur rumah kami.

Ya, seperti yang telah kita ketahui bersama antara septic tank dan sumur harus berjarak minimal 10 meter. Mengapa harus 10 meter? Angka ini muncul dari usia harapan hidup bakteri E. coli yang biasanya sekitar tiga hari. Sedangkan kecepatan aliran air dalam tanah berkisar 3 meter per hari. Sehingga jarak ideal antara septic tank dengan sumur sejauh 3 meter per hari x 3 hari = 9 meter. Adapun angka 10 meter setelah ditambah satu meter sebagai jarak pengaman (Sumber : Pokja AMPL)

Nah, jarak antara sumur dan septic tank di rumah saya sendiri kurang dari 10 meter. Belum lagi antara sumur di rumah dengan septic tank rumah tetangga. Terbayang kan bakteri E. coli yang mungkin terserap ke dalam air sumur? Hiyyy

Sejak kejadian nasi yang selalu basi itu, kami tidak pernah menggunakan air PAM untuk minum ataupun memasak. Karena kebersihan air PAM tidak bisa kami andalkan.

Kalau tembok yang menggunakan air kotor untuk campuran semen saja bisa cepat rusak, ya apalagi tubuh manusia?

Pantas saja sampai ada mitos kalau nasi basi itu pertanda buruk atau akan ada kejadian anggota keluarga kita sakit. Bagaimana tidak, air yang digunakan untuk memasak nasi bisa saja tidak bersih, bahkan tidak sehat karena mengandung bakteri.

Peran air dalam kehidupan

Air jelas memiliki peran aktif dalam kehidupan di muka bumi. Bahkan berdasarkan teori evolusi, kehidupan berawal dan berevolusi di laut, tentunya proses evolusi tersebut memerlukan waktu hingga jutaan tahun.

Bagi kehidupan manusia, air memiliki banyak peranan penting. Sejak awal kehidupannya di dalam rahim, manusia sudah membutuhkan air ketuban yang melindungi janin di dalam rahim. Selanjutnya bayi juga memerlukan air berupa ASI sebagai pengganti makanan karena saluran pencernaannya yang belum bisa mencerna makanan padat.

Bahan makanan yang berasal dari tumbuhan dan hewan pun memerlukan air sebagai penunjang kehidupannya, selain udara tentu saja.

Dalam kehidupan individu sehari-hari misalnya, air dipergunakan antara lain untuk ke­perluan mandi, sikat gigi, minum, memasak, mencuci, membersihkan rumah, dan keperluan pribadi lainnya.

Dalam tubuh manusia sendiri air diantaranya membentuk 75% otak. Pernah kan saat tubuh kita kekurangan cairan, kepala terasa berat dan sakit? Nah, itu tandanya dehidrasi. Jika dibiarkan, dehidrasi bahkan bisa menyebabkan kematian.

SS 2014-08-30 at 7.43.45 PM

Selain otak, beberapa organ tubuh ma­nusia lainnya juga mengandung banyak air, antara lain, tulang 22%, ginjal 82,7%, otot 75,6%, dan darah 83%.

Setiap hari kurang lebih 2.272 liter darah dibersihkan oleh ginjal dan sekitar 2,3 liter diproduksi menjadi urine. Selebihnya diserap kembali masuk ke aliran darah.

Agar dapat berfungsi dengan baik, tubuh manusia membutuhkan antara 1 – 7 liter air setiap hari untuk menggantikan cairan yang hilang (jumlah pastinya bergantung pada usia, berat badan, dan aktivitas)

Selain memenuhi kebutuhan individu dan rumah tangga, peran air juga dibutuhkan oleh perekonomian, pertanian, peternakan, transportasi, dan industri.

Melihat pentingnya peran air dalam kehidupan, tentu saja air yang digunakan haruslah bersih.

Air bersih adalah air yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak terlebih dahulu (DepKes RI, 2002).

Ditinjau dari sudut ilmu kesehatan masyarakat, penyediaan sumber air bersih harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat karena persediaan air bersih yang terbatas memudahkan timbulnya penyakit di masyarakat.

Darimana sumber air bersih?

Sejumlah 70% permukaan bumi terdiri dari air. Namun dari 100% air yang tersedia di bumi ini, 97.5% diantaranya merupakan air laut. Sisanya air tawar yang lebih dari 2 per tiga bagiannya berada dalam bentuk es di glasier dan es kutub. Jumlah air tawar yang dapat digunakan oleh jutaan penduduk di bumi hanya sekitar 1%, berupa air tanah, dan sebagian kecil saja yang berada di atas permukaan tanah dan di udara.

Air di bumi

Anak saya yang berumur 5 tahun pernah bertanya,

“Mah, kalau air yang kita minum ini kan dari ledeng. Terus kalo air di rumah uwa Endang dari sumur. Berarti dari tanah. Semuanya ada di bawah. Kalau hujan darimana asalnya? Hujan kan turun dari atas?”.

Air tanah bermula dari siklus hidrologi/siklus air, yaitu perputaran air yang tidak pernah berhenti dari atmosfer ke bumi dan kembali ke atmosfer melalui kondensasi, presipitasi, evaporasi, dan transpirasi.

Siklus hidrologi, sumber : klik di sini

Secara sederhana, siklus air ini terjadi ketika air laut menguap menjadi awan kemudian awan menurunkan air hujan yang turun ke permukaan bumi. Sebagian air ada yang mengalir melalui sungai menuju laut untuk menguap lagi menjadi awan, ada yang terserap ke dalam perut bumi, dan ada pula yang menggumpal menjadi es.

Cadangan air yang ada di permukaan bumi kemudian menguap lagi menjadi awan, menggumpal dan kembali turun ke permukaan bumi menjadi air hujan.

Siklus hidrologi ini terjadi berulang-ulang sehingga keseimbangan alam tetap terjaga dengan baik.

Selama pengalirannya, air tanah mengalami berbagai proses yang membuat air tanah mengadung berbagai macam mineral dan akhirnya mempunyai kualitas yang berbeda di setiap tempat. Sebagai kelanjutan proses alamiah, air tanah kemudian ada yang muncul di permukaan dan disebut sebagai mata air. Dalam hal ini, mata air di pegunungan dianggap sebagai sumber air yang sempurna, baik kuantitas maupun kualitasnya. Debit mata air di pegunungan umumnya besar dan terus menerus karena di daerah ini umumnya merupakan daerah basah dengan intensitas curah hujan tinggi serta masih memiliki daerah tangkapan air yang relatif baik.

Di daerah tempat saya tinggal banyak warga yang memilih air PAM sebagai sumber air keluarga. Baik itu instalasi air PAM pribadi maupun yang digunakan bersama-sama seperti ini.

SS 2014-08-31 at 9.37.31 PM

Untuk dapat menggunakan air PAM bersama ini, seperti halnya air PAM pribadi, warga diharuskan membayar iuran sesuai penggunaan.

Sayangnya seperti yang sudah saya ceritakan di atas, air PAM yang mengalir ke rumah-rumah warga seringkali berkualitas buruk atau bahkan sampai kering sama sekali tanpa ada pemberitahuan.

Padahal sebenarnya disini terdapat cukup banyak mata air. Bahkan menurut cerita, dahulu hanya dengan menancapkan kayu saja, air bisa keluar dari tanah. Tak heran jika kemudian kampung tempat saya tinggal dinamakan Dusun Citalutug (Ci = Air, Talutug = Tongkat/Tiang). Sampai saat ini di daerah Desa Sagalaherang Kaler, Subang ada sekitar 5 mata air yang tidak pernah kekeringan meski musim kemarau datang.

Hanya saja sumber mata air yang ada di sekitar tempat tinggal saya ini boleh dibilang hampir semua sukar dicapai.

Salah satunya adalah mata air Cibinong. Saat ini mata air Cibinong menjadi sumber air wisata kolam renang. Karena bersumber dari mata air alami, air kolam terasa sangat sejuk dan menyegarkan. Letaknya yang tepat di pinggir jalan raya membuat tempat wisata ini jadi primadona keluarga. Jauh sebelum dibangun kolam renang, lokasi ini biasa digunakan warga sebagai pemandian umum.

Keceriaan anak-anak di kolam renang Cibinong, airnya jernih sekali yaaaa…

Sekitar 1 km dari Cibinong ada mata air Cipacing yang juga digunakan sebagai sumber air kolam renang.

SS 2014-08-31 at 9.07.03 PMAkses ke Cipacing cukup sulit, melalui jalan yang turun naik dan menyusuri pematang sawah.

Namun karena tidak setiap orang memiliki sumber air bersih di rumahnya, beberapa warga seringkali mencuci dan melakukan aktivitas lain seperti mandi disini.

SS 2014-08-31 at 9.13.20 PM

Selain itu ada juga mata air Cipandi, terletak di Dusun Mande, berjarak sekitar 3 km dari tempat tinggal saya.

SS 2014-08-31 at 9.29.25 PMWarga sekitar Cipandi biasa menggunakan sumber air di sini untuk pemandian umum dan juga kebutuhan minum/memasak.

SS 2014-08-31 at 9.26.48 PMMeski terlihat jalan menuju Cipandi ini cukup bagus, namun menurut saya akses ke Cipandi tak kalah sulit dengan akses menuju Cipacing. Tanjakan yang harus dilalui selesai beraktivitas di Cipandi cukup membuat nafas tersengal-sengal. Tak terbayang kalau harus sambil membawa ember berisi air…

SS 2014-08-31 at 9.43.34 PM

Dari penelusuran saya ke beberapa mata air di sekitar rumah, terlihat bahwa hampir semuanya digunakan sebagai tempat pemandian umum. Sayangnya tempat pemandian umum ini tidak ada yang memenuhi sanitasi yang baik. Lihat saja, tidak ada WC atau pun urinoir di sana. Jadi semua aktivitas, mencuci, cuci piring, mandi, buang air kecil dilakukan di satu tempat. Lho, kalau buang air besar di mana? Di sungai!!!

Aduh, airnya sih bersih. Tapi kalau lihat orang buang air besar di dekat sini ya, jijik juga.

Pengolahan air dan sanitasi yang buruk ini berdampak cukup besar terhadap kesehatan masyarakat. terbukti di tahun 2011, di Kecamatan Sagalaherang terdapat perkiraan kasus diare sejumlah 1.256 kasus dan hanya 595 kasus (47.4%)  yang ditangani. Masih di tahun yang sama, diare menempati peringkat ke dua Sepuluh Besar Penyakit Pasien Rawat Jalan di Puskesmas Kabupaten Subang dengan jumlah kasus 15.740 (9.17%) (Sumber : Profil Kesehatan Kab. Subang Tahun 2011)

Tapi ini tidak seberapa jika dibandingkan dengan “penderitaan” warga dusun tetangga yang jaraknya sekitar 6 km dari tempat tinggal saya. Di Dusun Genggereng, 35 KK (Kepala Keluarga) mengalami krisis air bersih selama 5 tahun. Hal itu disebabkan saluran yang biasa menyalurkan air dari bak penampungan ke rumah warga mengalami longsor sepanjang 20 meter dengan kedalaman 8 meter sejak 5 tahun lalu (Sumber : Inilah).

Kalau dibandingkan dengan daerah lain yang jelas-jelas kekurangan air seperti di NTT misalnya, rasanya sangat disayangkan jika banyak air bersih yang tidak dikelola dengan baik.

Ya, seperti yang terlihat di sekitar desa tempat saya tinggal. Di hulu, banyak sumber mata air yang disia-siakan, padahal banyak warga sekitar yang membutuhkan air bersih.

Sementara itu, ketika musim hujan tiba, air malah menjadi masalah besar bagi warga yang ada di hilir. Awal tahun 2013 kemarin, Subang Utara dilanda banjir yang cukup parah.

Kolong jembatan yang tadinya jadi tempat pengungsian pun akhirnya kebanjiran, Sumber : Facebook

Hal ini dikarenakan cukup banyak alih fungsi hutan menjadi lahan perkebunan, pertanian bahkan pemukiman yang tidak dapat dicegah, dengan alasan untuk memenuhi tuntutan dan kebutuhan hidup.

Subang sendiri memiliki ratusan hektare hutan lindung di wilayah selatan Subang. Ratusan hektare hutan lindung itu ditumbuhi sejumlah pepohonan pinus, puspa, dan mahoni yang berfungsi sebagai penyangga hutan. Saat ini kondisi hutan lindung di wilayah Subang dalam keadaan kritis akibat alih fungsi lahan oleh petani menjadi lahan perkebunan. (Sumber : Koran Sindo)

Hutan lindung Subang kritis, Sumber : Koran Sindo

Ini baru di hulu, belum lagi dalam perjalanannya menuju hilir banyak terjadi pencemaran terhadap air. Baik itu oleh perilaku masyarakat pribadi seperti membuang sampah sembarangan, membuang tinja ke sungai, ataupun pencemaran oleh industri.

Padahal pada tahun 2010, Majelis Umum PBB mengakui air minum yang aman dan sanitasi sebagai hak asasi manusia, yang berarti setiap orang harus memiliki akses ke air bersih dan sanitasi dasar.

UNICEF dan WHO memperkirakan, Indonesia termasuk 10 negara yang hampir dua – pertiga dari populasinya tidak mempunyai akses ke sumber air minum. Sembilan negara lain adalah : China (108 juta), India  (99 juta), Nigeria (63 juta), Ethiopia (43 juta), Indonesia (39 juta), Republik Demokratik Kongo (37 juta), Bangladesh (26 juta); Inggris Republik Tanzania (22 juta), Kenya (16 juta) dan Pakistan (16 juta).

Hampir satu dari enam anak di Indonesia masih tidak memiliki akses ke air minum yang  bersih dan sehat, dan inilah yang merupakan kontributor tertinggi pada diare dan kematian anak terkait.

Diare yang sering disebabkan oleh air yang tidak bersih maupun oleh praktek-praktek sanitasi dan kebersihan yang buruk tetap menjadi salah satu pembunuh terbesar anak-anak balita di Indonesia (Sumber : UNICEF).

Standar kelayakan kebutuhan air bersih adalah 49,5 liter/kapita/hari. Badan dunia UNESCO sendiri pada tahun 2002 telah menetapkan hak dasar manusia atas air yaitu sebesar 60 ltr/org/hari. Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum membagi lagi standar kebutuhan air minum tersebut berdasarkan lokasi wilayah.

a. Pedesaan dengan kebutuhan 60 liter/per kapita/hari.
b. Kota Kecil dengan kebutuhan 90 liter/per kapita/hari.
c. Kota Sedang dengan kebutuhan 110 liter/per kapita/hari.
d. Kota Besar dengan kebutuhan 130 liter/per kapita/hari.
e. Kota Metropolitan dengan kebutuhan 150 liter/per kapita/hari.

Bagaimanapun, meski air merupakan sumber daya yang terbarukan, tapi melihat tingginya kebutuhan air bersih dan angka pencemaran terhadap air, kelak air bersih akan semakin sulit ditemui.

Apa yang bisa kita lakukan untuk melestarikan air?

Mulai dari diri sendiri, mulai dari hal kecil. Ya, tentunya akan lebih mudah bagi kita untuk memulai hal-hal yang kecil. AQUA memiliki kampanye Dari Kita yang berisi 15 tips penghematan air secara sederhana, diantaranya :

  • Menyimpan tempat penampungan di bawah kran, tujuannya tentu saja untuk menampung air yang mungkin menetes dari keran. Tahukah kalau air yang  menetes dari keran dapat memboroskan air hingga 190 liter per hari?
  • Menggunakan ember/wadah untuk mencuci sayuran dan buah. Ya, mencuci sayuran/buah secara terpisah dalam wadah yang sudah terisi air kurang lebih 4 liter akan jauh lebih hemat dibanding mencuci  di bawah air mengalir yang memerlukan air 15 kali lebih banyak.
  • Menggunakan shower dengan daya pancur untuk mandi. Ini bisa menghemat air sampai sepertiganya dibanding mandi menggunakan gayung.
  • Mencuci sekaligus dalam jumlah yang banyak. Jika menggunakan mesin cuci, penuhilah kapasitas mesin cuci yang ada. Selain hemat air, juga hemat listrik.
  • Memilah sampah antara sampah organik / anorganik, mengolah sampah plastik menjadi barang yang berguna.
  • Memperbanyak lahan resapan biopori. Lubang resapan  biopori dapat meningkatkan daya resapan air, mengubah sampah organik menjadi kompos,  mengurangi emisi gas rumah kaca, mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh genangan air seperti demam berdarah dan malaria (Sumber : Biopori)
  • Membawa botol minum isi ulang sendiri dibandingkan membawa air dalam kemasan. Selain mengurangi sampah plastik, dengan membawa botol minum isi ulang sendiri juga kita turut membantu program penghematan air yang dilakukan oleh industri.

Tahukah bahwa untuk memproduksi 1 botol air kemasan 1 liter diperlukan 6-7 liter air bersih? Karenanya, AQUA sebagai salah satu produsen air minum dalam kemasan memanfaatkan air secara bijak, dengan mendaur ulang air bekas pakai pencucian galon dan keperluan domestik untuk dimanfaatkan kembali.

SehatAquaSelain itu sebagai produsen yang memiliki pabrik di Subang, AQUA juga memberikan perhatian khusus terkait ketersediaan air bersih bagi warga Subang. Melalui  gerakan DKUI (Dari Kita Untuk Indonesia), selain daerah yang terdampak oleh kegiatan pabrik, AQUA juga mulai merambah daerah lain di sekitar Subang, yaitu Dusun Banceuy, Desa Sanca, Kecamatan Ciater, Kabupaten Subang.

Sebanyak 305 Kepala Keluarga yang berdomisili di daerah ini mendapatkan layanan program penyediaan sarana air bersih serta perilaku hidup bersih dan sehat/program water access sanitation and hygene (WASH).

Program WASH AQUA Danone, sumber gambar : klik di sini

Sebelumnya Kampung Nyalindung RW 04, Desa Darmaga, Kecamatan Cisalak menjadi bukti sukses program WASH pada tahun 2012. Proses pembangunan sanitasi yang memakan waktu hingga 1,5 tahun ini, kini membuat setiap KK dapat merasakan air bersih 10 kubik air per bulannya (Sumber : SWA)

Semoga program-program yang telah dilakukan oleh AQUA bisa berkembang lebih luas dan ditiru oleh banyak pihak.

Ya, pelestarian air bersih memang tidak bisa dilakukan oleh satu pihak. Perlu kerjasama dari semua pihak. Jika AQUA sudah melakukan hal yang besar untuk warga, tak ada salahnya kita juga mulai melakukan hal-hal kecil dari diri sendiri. Bukan tidak mungkin, air bersih akan mudah didapat. Sehingga berbagai ancaman kesehatan yang muncul akibat air yang tidak bersih dan sanitasi yang buruk bisa dikurangi. 

Ke depan, semoga tidak ada lagi dusun-dusun yang memiliki sumber mata air namun warga sekitarnya menderita kekurangan air bersih. Anak-anak pun tidak mengenal mitos nasi basi = sakit.

Seperti kata pepatah, “Semua yang besar berawal dari sesuatu yang kecil”. Mari mulai dari sekarang. Demi Indonesia yang lebih sehat. Yuk???

SS 2014-09-01 at 11.00.09 AM

Memulainya dari diri sendiri, mulai dari hal-hal yang kecil, dan mulai saat ini juga adalah kunci sukses untuk itu. Misalnya saja dengan melakukan hal-hal sederhana seperti yang sudah diceritakan di atas. Jika semua orang melakukannya, bukan mustahil, semua permasalahan akan kekurangan air bersih bisa teratasi. Dan mungkin juga, siklus air bersih yang sempurna bisa terjadi. Air bersih mudah didapat dan dalam jumlah yang banyak. Sehingga berbagai macam gangguan kesehatan yang menurunkan kualitas rakyat Indonesia bisa dikurangi dan dihindarkan. Indonesia lebih sehat. Kehidupan bangsa Indonesia pun menjadi lebih baik – See more at: http://niaharyanto.blogspot.com/#sthash.qapYN7Yc.dpuf
Memulainya dari diri sendiri, mulai dari hal-hal yang kecil, dan mulai saat ini juga adalah kunci sukses untuk itu. Misalnya saja dengan melakukan hal-hal sederhana seperti yang sudah diceritakan di atas. Jika semua orang melakukannya, bukan mustahil, semua permasalahan akan kekurangan air bersih bisa teratasi. Dan mungkin juga, siklus air bersih yang sempurna bisa terjadi. Air bersih mudah didapat dan dalam jumlah yang banyak. Sehingga berbagai macam gangguan kesehatan yang menurunkan kualitas rakyat Indonesia bisa dikurangi dan dihindarkan. Indonesia lebih sehat. Kehidupan bangsa Indonesia pun menjadi lebih baik – See more at: http://niaharyanto.blogspot.com/#sthash.qapYN7Yc.dpuf

Tulisan ini diikutsertakan pada Lomba Blog Anugerah Jurnalistik AQUA (AJA) IV yang diadakan oleh AQUA dan BlogDetik.

Referensi :

  • http://www.aqua.com/
  • http://www.unicef.org/indonesia/id/media_22273.html
  • http://kimlingiwill.blogspot.com/2010/11/pegunungan-vulkanik-sumber-mata-air.html
  • http://www.ilmusipil.com/hidrologi-mempelajari-siklus-air
  • http://tapaklangit.blogspot.com/2009/02/standar-kebutuhan-air.html#!/2009/02/standar-kebutuhan-air.html
  • http://www.ampl.or.id/digilib/read/mengatur-jarak-sumur-dan-septic-tank-rumah-tangga/22213
  • http://nasional.news.viva.co.id/news/read/114613-air_pdam_surabaya_tercemar
  • http://statik.tempo.co/?id=69712&width=475
  • http://www.inilah.com/read/detail/1954726/5-tahun-warga-sagalaherang-kekurangan-air-bersih
  • http://www.koran-sindo.com/node/348911
  • http://swa.co.id/corporate/program-aqua-dari-kita-untuk-kita-versi-subang

Pentingnya Air Bersih Untuk Hidup Yang Lebih Sehat

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *