Apa yang terjadi saat TB dan HIV berkolaborasi???

Seorang pria muda menangis, duduk tertunduk sambil memegang kertas yang terlipat rapi di tangan kanannya…

Ibu, apa yang harus saya lakukan bu?”, tanyanya sambil terus menangis

Lho, memangnya kenapa?

Pria itu hanya menyodorkan kertas, tanpa menjawab pertanyaan si ibu.

Dengan perasaan tak menentu, kertas diterima perempuan paruh baya itu sambil menatap tajam ke arah seorang bapak yang sedari tadi duduk terdiam tanpa suara.

Perlahan-lahan lipatan kertas itu dibuka… ibu itu tertegun setelah membaca apa yang tertulis di atas kertas, kemudian menangis dan memeluk pria muda bersama si bapak.

Sabar ya, Nak! Kamu pasti sembuh!

Ternyata pria yang merupakan anaknya ini divonis mengidap HIV. Keterangan ini diperoleh setelah pria itu, sebut saja Andi, bersama bapaknya mengambil hasil pemeriksaan laboratorium di rumah sakit.

HIV Results

***

Bertahun-tahun yang lalu, Andi merupakan pengguna narkoba. Seringkali Andi bertukar jarum suntik saat menggunakan narkoba bersama teman-temannya.

Penggunaan jarum suntik bersama-sama saat mengonsumsi narkoba, sumber gambar : klik di sini

Beberapa tahun setelah terbebas dari narkoba, berat badan Andi berkurang sangat drastis. Meski badannya yang kurus menjadi semakin kering kerontang, Andi sendiri merasa sehat. Untuk menghilangkan suntuk dan menjauhi godaan narkoba datang kembali, Andi aktif membantu teman-temannya mengajar anak-anak tak mampu secara sukarela di salah satu perkampungan kumuh di sudut ibukota. Andi pun aktif jadi konselor bagi anak-anak jalanan agar menjauhi narkoba. Tak jarang Andi ikut bermalam bersama anak-anak jalanan di kolong jembatan layang.

Sampai suatu hari Andi mengalami demam dan batuk tanpa henti selama satu bulan lamanya. Puncaknya, Andi batuk berdarah!

Mau tak mau, Andi pun dibawa orang tuanya diperiksa di layanan kesehatan terdekat. Karena gejala penyakit Andi yang mirip dengan TB, dokter menyarankan agar Andi menjalani pemeriksaan dahak. Ternyata Andi memang menderita TB.

Tak mau penyakitnya bertambah parah, Andi menjalani pengobatan rutin tanpa terputus. Tapi bukan sembuh yang didapat, kesehatan Andi malah semakin menurun.

Melihat riwayat Andi sebagai mantan pengguna narkoba, dan juga obat TB biasa yang tidak mempan, dokter menyarankan agar Andi menjalani serangkaian pemeriksaan laboratorium di rumah sakit, termasuk tes HIV.

Hasilnya? Benar saja Andi mengidap HIV. Rupanya Andi tertular HIV melalui jarum suntik yang dipakai bersama teman-temannya dulu. Beruntung setelah masuk panti rehabilitasi, Andi mampu keluar dari jeratan narkoba. Tapi rupanya virus HIV telah lebih dahulu bersarang di tubuh Andi.

Sementara kondisi tubuh Andi semakin menurun karena virus HIV, rupanya Andi tertular TB, entah dari mana. TB yang diderita Andi juga bukan TB biasa, melainkan TB MDR. Pantas saja meski obat TB rutin diminum selama 6 bulan, Andi tidak kunjung sembuh.

Kejadian di atas bukan cuplikan sinetron lhooooo! Kasus HIV dengan TB ini memang banyak terjadi. Seperti yang terjadi pada penderita TB dan HIV di Thailand di bawah ini….

Foto ini diambil pada Oktober lalu dan memperlihatkan seorang penderita TBC dan HIV di sebuah ruang isolasi di Thailand, sumber gambar : klik di sini

Baru lihat fotonya saja, menyeramkan ya?? Bayangan kematian menjadi semakin dekat saat HIV dan TB berkolaborasi. Tapi tidak usah khawatir ya, apalagi sampai mengucilkan penderita HIV dengan TB. Karena, meski HIV dan TB ini merupakan penyakit menular yang mematikan, tapi kalau ditangani dengan tepat baik HIV maupun TB masih bisa ditangani koq.

Memang apa hubungannya HIV dengan TB?

Hubungannya erat sekali ternyata. Sekedar diketahui, berdasarkan Global Report WHO 2013 nih, di tahun 2012 saja 8,6 juta orang terjangkit TB dan 1,3 juta orang meninggal karena TB, termasuk 320.000 kematian terjadi pada orang yang mengidap HIV positif (Global Report WHO 2013).

Kasus ko-infeksi TB-HIV, di Indonesia merupakan salah satu tantangan dalam pengendalian penyakit TB. Hal ini karena kasus ko-infeksi TB-HIV ini, dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Di tahun 2012, kasus ko-infeksi TB-HIV terjadi sekitar 3,3% dan di tahun 2013, kasus ini meningkat menjadi 7,5%. Jika dibiarkan begitu saja, di tahun 2014, pasien ko-infeksi TB-HIV jumlahnya menjadi bertambah banyak, dan mungkin, persentasenya bisa berkali-kali lipat. – See more at: http://niaharyanto.blogspot.com/2014/06/ko-infeksi-tb-hiv-tantangan.html#sthash.BmQ9LHU6.dpuf
Kasus ko-infeksi TB-HIV, di Indonesia merupakan salah satu tantangan dalam pengendalian penyakit TB. Hal ini karena kasus ko-infeksi TB-HIV ini, dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Di tahun 2012, kasus ko-infeksi TB-HIV terjadi sekitar 3,3% dan di tahun 2013, kasus ini meningkat menjadi 7,5%. Jika dibiarkan begitu saja, di tahun 2014, pasien ko-infeksi TB-HIV jumlahnya menjadi bertambah banyak, dan mungkin, persentasenya bisa berkali-kali lipat. – See more at: http://niaharyanto.blogspot.com/2014/06/ko-infeksi-tb-hiv-tantangan.html#sthash.BmQ9LHU6.dpuf

Koq bisa?

Virus yang menyebabkan penyakit HIV/AIDS ini memang menyerang sistem imunitas tubuh. HIV (Human Immunodeficiency Virus) dapat mengakibatkan pertahanan tubuh penderita menurun dengan drastis. Tidak heran jika kemudian penderita HIV/AIDS menjadi lebih mudah terserang kuman yang berkembang menjadi sangat beresiko.

Tuberkulosis (TB) adalah penyebab kematian utama pada orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Ko-infeksi dengan HIV akan meningkatkan resiko kejadian TB secara signifikan.

Pasien ko-infeksi TB-HIV adalah pasien TB dengan HIV positif dan ODHA dengan TB. Pada orang dengan sistem imunitas yang menurun misalnya ODHA, infeksi TB laten mudah berkembang menjadi TB aktif.

Bagaimana mengobati TB yang disertai HIV?

Pada prinsipnya, pengobatan TB yang disertai HIV adalah dengan mendahulukan pengobatan TB. Pengobatan ARV (Antiretroviral) dimulai berdasarkan stadium klinis HIV sesuai dengan standar WHO.

Pengobatan pasien TB-HIV sebaiknya diberikan secara terintegrasi dalam satu Unit Pelayanan Kesehatan untuk menjaga kepatuhan obat secara teratur.

Pasien TB yang beresiko tinggi terhadap infeksi HIV perlu dirujuk ke pelayanan VCT (Voluntary Counceling and Testing= Konsul sukarela dengan test HIV)

Berkali-kali menulis tentang TB semakin menyadarkan saya, bahwa TB ini memang masalah yang sangat serius untuk ditangani. Terbukti beberapa kali saya membagikan postingan saya tentang TB di medsos, selalu mendapat komentar dari teman-teman bahwa ada saudara/tetangganya yang juga terkena TB dan berakhir dengan kematian. Banyak juga yang tidak tahu bahwa TB ini bisa menyerang organ tubuh selain paru-paru, dan baru mengetahui ketika TB sudah semakin menyebar kemana-mana. Bukan tidak mungkin kalau penderita TB juga telah menularkan bakteri TB kepada orang-orang di sekitarnya. Begitu seterusnya, seolah menjadi bola salju yang semakin lama menjadi semakin besar.

Penanganan kasus TB yang semakin menyebar luas ini tidak bisa dilakukan sendirian oleh pemerintah. Perlu kerjasama dari semua pihak, termasuk masyarakat sendiri, bahwa penyebarluasan TB bisa dihentikan. TB juga masih bisa disembuhkan, meski sudah berkembang menjadi TB-MDR/TB-XDR, atau TB yang disertai HIV dan penyakit lain, dengan catatan disiplin dan rutin menjalani pengobatan.

Apa yang terjadi saat TB dan HIV berkolaborasi???

10 thoughts on “Apa yang terjadi saat TB dan HIV berkolaborasi???

    1. aamiin… pentingnya menjaga iman dan juga pola hidup sehat, semoga kita semua senantiasa diberikan kesehatan ya 🙂

      makasih kunjungannya 🙂

    1. aamiin… udah gak mikir menang sebetulnya, mak Mugniar. Sayang aja udah setengah jalan, daripada pusing mikirin kampanye pilpres… mending kampanye yang ini 🙂

  1. Artikel yang sangat bagus. Penggunaan bahasa yang ringan dan mudah dicerna, serta penempatan gambar yang pas membuat pembaca senang sekali membacanya ^_^ Tapi maaf rada OOT, saran aja itu iklan IdBlogNetwork ada yang gak pas kan? Coba pakai yg ukuran 160 x 600 pasti cocok 🙂

Leave a Reply to oRiN Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *