Beberapa waktu yang lalu, seorang teman di grup whatsapp mengunggah foto di atas. Sebuah foto yang menunjukkan seorang pria tengah menerima bantuan donasi dari BMT Barrah, mitra pengelola zakat Dompet Dhuafa.
Pria itu adalah Dede Sofyan, berusia 30 tahun-an. Pekerjaannya sehari-hari menjajakan donat buatannya sendiri di halaman SD dekat rumahnya. Kalau donatnya belum habis, Pak Dede kemudian berjalan menyusuri jalanan kampung, sampai donatnya habis terjual.
Sekilas tidak ada yang istimewa dari foto tersebut. Lalu apa yang membuat Pak Dede istimewa di mata saya?
Saat mengunggah foto di atas, teman saya juga memberikan keterangan bahwa Pak Dede kehilangan tangan kanannya karena terlindas kereta api sekitar tahun 2000 yang lalu. Musibah ini membawa Pak Dede pada titik terendah dalam hidupnya. Saya pun ingin menuliskan kisah Pak Dede di blog, kemudian saya menggali informasi lebih jauh tentang Pak Dede melalui teman saya yang mengunggah foto tersebut. Continue reading “Kehilangan Tangan Bukan Berarti Kehilangan Harapan”→
Cihuy! Ceuceu ketularan ngeblog. Sebetulnya ini blog Ceuceu bertahun-tahun yang lalu, jaman Ceuceu masih orok, postingannya juga baru dikit. Maklum saja mood emaknya masih naik turun terus hilang entah kemana, jadinya bertahun-tahun blog Ceuceu ini dianggurin. Jangankan blog Ceuceu, blog emaknya aja banyak yang dianggurin.
Nah, karena emaknya sering dapet hadiah dari ngeblog, Ceuceu jadi pengen ikutan ngeblog hehehe
Yang mau berkunjung silahkan mampir ke sini : lavinna.supriatna.web.id
Blognya isi sendiri ya, Ceu!
Eh, tapi kalo Ceuceu ngeblog juga… alamat emaknya gak bakal kebagian laptop nih???
Seorang pria muda menangis, duduk tertunduk sambil memegang kertas yang terlipat rapi di tangan kanannya…
“Ibu, apa yang harus saya lakukan bu?”, tanyanya sambil terus menangis
“Lho, memangnya kenapa?”
Pria itu hanya menyodorkan kertas, tanpa menjawab pertanyaan si ibu.
Dengan perasaan tak menentu, kertas diterima perempuan paruh baya itu sambil menatap tajam ke arah seorang bapak yang sedari tadi duduk terdiam tanpa suara.
Perlahan-lahan lipatan kertas itu dibuka… ibu itu tertegun setelah membaca apa yang tertulis di atas kertas, kemudian menangis dan memeluk pria muda bersama si bapak.
“Sabar ya, Nak! Kamu pasti sembuh!“
Ternyata pria yang merupakan anaknya ini divonis mengidap HIV. Keterangan ini diperoleh setelah pria itu, sebut saja Andi, bersama bapaknya mengambil hasil pemeriksaan laboratorium di rumah sakit.
Pesona keindahan Tatar Pasundan memang seolah tidak ada habisnya. Hampir di setiap jengkal, pemandangan yang ada seolah menegaskan bahwa tanah parahyangan ini memang layak dijadikan rumah para dewa.
Kalau saja kebetulan memiliki waktu luang berlibur di sekitar Bandung, tak ada salahnya meneruskan perjalanan ke arah utara, melewati Lembang, menuju Tangkuban Parahu.
Nikmati keindahan kawah hasil letusan Gunung Tangkuban Parahu ratusan tahun yang silam.
Masih memiliki banyak waktu? Yuk kita teruskan perjalanan menuju Ciater. Hamparan perkebunan teh di sepanjang jalan membuat rasa lelah setelah menempuh perjalanan yang lumayan jauh jadi tidak terasa.
Di sepanjang jalan ini juga terdapat beberapa warung yang menyajikan makanan khas, mulai dari jagung bakar/rebus, ketan bakar, susu murni, sate kelinci, sampai sate biawak. Ya, biawak!!! Binatang reptil yang mirip buaya itu. Sedikit lebih besar dari kadal, masih keturunan dinosaurus hehehe
Berani mencoba? Silahkan, saya sih tidak.
Kalau keindahan yang ditawarkan oleh hamparan kebun teh ini masih belum cukup memuaskan, teruskan perjalanan ke kawasan Ciater.
Di Tugu Ciater, silahkan memilih jalur kanan yang berarti menuju Ciater, di sana ada pemandian air panas yang sumber airnya berasal dari kawah aktif Gunung Tangkuban Parahu. Atau mengambil jalur kiri, menyusuri perkebunan teh sepanjang jalan Panaruban – Cicadas. Di sekitar jalan ini ada wanasiwata Curug Capolaga.
Kawasan ini memiliki keindahan ekosistem Sungai Cimuja dan Sungai Cikoneng yang menghadirkan 4 air terjun unik. Keempat air terjun itu adalah Air Terjun Cimuja, Air Terjun Karembong, Air Terjun Sawer, dan Air Terjun Doa Badak. Keempat air terjun inilah yang menjadi daya tarik kawasan perkemahan Capolaga
Starting point masuk kawasan ini dimulai dari pintu masuk Capolaga Adventure Camp. Di tempat ini kita bisa membayar biaya masuk terlebih dahulu dan mendapatkan kantong keresek. Buat apa? Kantong keresek itulah yang menjadi tempat sampah mobile agar pengunjung tidak membuang sampah di mana-mana.
Puas menyusuri sungai Curug Capolaga, mari kita teruskan perjalanan sampai ke Alun-alun Sagalaherang, kemudian belok kiri, memasuki Jalan Raya Wanayasa – Cagak. Tidak jauh dari sini, tepatnya di wilayah Cipancar, Kecamatan Serang Panjang, Kabupaten Subang, ada wanawisata yang sangat indah.
Ya, inilah Curug Cijalu. Kawasan wisata ini berada di ketinggian 1300 mdpl, dengan ketinggian curug 70 m, air mengalir membelah bukit di kawasan Gunung Burangrang.
Curug Cijalu, dokumen pribadi
Dari ketinggian curug ini, jika cuaca cerah kita bisa melihat Kota Subang, Purwakarta dan Waduk Jatiluhur.
Yup, kawasan Subang Selatan, tempat di mana saya tinggal ini memang menyejukkan. Bukan hanya keindahan alamnya, kondisi sosial budaya di sini pun memiliki banyak potensi yang bisa digali.
Di sini, seni budaya khas Subang masih sangat dijaga dengan baik. Apalagi kalau bukan Sisingaan. Setiap acara, baik hajatan maupun upacara yang diadakan oleh sekolah/instansi pemerintahan, selalu menampilkan atraksi Sisingaan ini. Masyarakat berbondong-bondong ke jalan, untuk menonton acara sampai selesai.
Ingin melihat langsung atraksi Sisingaan? Cobalah datang saat musim hajatan tiba.
Potensi yang dimiliki oleh Subang Selatan tidak cukup sampai disini. Hamparan sawah di daerah yang berbukit-bukit sungguh indah dipandang. Saya sendiri senang melihat kegiatan para petani mulai dari awal proses menanam padi sampai tiba waktunya panen.
“Ngagebot”, dokumen pribadi
Hasil panen, dokumen pribadi
Subang Selatan, memang memiliki sejuta pesona. Sayangnya, hal ini tidak didukung dengan infrastruktur yang memadai. Kondisi jalan yang rusak di sana sini cukup mengganggu perekonomian. Padahal jika saja jalan menuju tempat wisata ini diperbaiki, Subang Selatan mampu menarik lebih banyak pengunjung.