Stop Diskriminasi dan Stigma Negatif Terhadap Pasien TB!

Ini adalah tulisan saya mengenai TB yang ke delapan. Tulisan ini sekaligus penutup serial tentang TB yang sudah saya mulai beberapa waktu lalu. Tapi tentu ini bukan akhir, ini hanyalah awal dari usaha saya turut serta menyebarluaskan informasi mengenai TB, penyakit penyebab kematian tertinggi kedua di Indonesia.

Siapa yang ingin terkena penyakit? Apalagi penyakit yang memiliki cap mengerikan, yaitu mematikan. Rasa-rasanya semua orang berkeinginan memiliki hidup yang sehat dan terbebas dari penyakit.

Begitu juga dengan pasien Tuberkulosis. Seumur hidupnya mungkin tidak pernah mengira akan terkena penyakit menular dan mematikan seperti TB ini.

Sebelum Revolusi Industri, cerita rakyat seringkali menghubungkan TB dengan vampir. Jika ada seorang anggota keluarga yang meninggal karena TB, kesehatan anggota keluarga yang lain perlahan-lahan menurun dan kemudian mengalami kematian. Masyarakat percaya bahwa orang pertama yang terkena TB akan menguras jiwa anggota keluarga lainnya.

penyakit kutukan yang menghantui, sumber gambar : klik di sini

Konon Hipocrates pun melarang murid-muridnya mengunjungi pasien “Phthisis” (sebutan TB Paru pada waktu itu) karena akan menurunkan kredibilitas tabib, sebabnya TB paru saat itu tidak dapat disembuhkan.

Stigma ini masih berkembang sampai sekarang. Banyak orang yang beranggapan bahwa Tuberkulosis ini merupakan penyakit kutukan dan tidak dapat disembuhkan. Tidak heran, jika kebanyakan pasien TB dianggap sebagai pembawa sial kemudian dikucilkan, dijauhi dan diasingkan dari lingkungan sekitar.

Selain itu ada pula beranggapan kalau TB itu merupakan penyakit “kiriman” atau karena diguna-guna. Sehingga pasien TB lebih memilih pergi ke dukun untuk mendapat “pengobatan” daripada memeriksakan diri ke layanan kesehatan.

Stigma negatif memang seringkali melekat pada masalah-masalah kesehatan, termasuk Tuberkulosis. Stigma yang berhubungan dengan penyakit dapat menyebabkan dampak negatif terhadap pencegahan, prosedur pelayanan, dan kebijakan yang berkaitan dengan kesehatan pada penyakit tersebut (Cramm and Nieboer, 2011).

Munculnya stigma terhadap TB diantaranya karena penularan TB, pengetahuan yang kurang tepat akan penyebab TB, perawatan TB atau berhubungan dengan kelompok-kelompok marjinal seperti kemiskinan, ras minoritas, pekerja seks, tahanan penjara, dan orang yang terinfeksi HIV/AIDS ( Kipp et al, 2011).

Stigma dapat menyebabkan stress psikologis, depresi, ketakutan, masalah dalam pernikahan, masalah dalam pekerjaan dan menambah parahnya kondisi penyakit (Brakel, 2005).

Berdasarkan penelitian  yang dilakukan oleh Anita S. Mathew dan Amol M. Takalkar tahun 2007 pada masyarakat India, ditemukan bahwa pasien TB di India sering mendapatkan pengalaman adanya penolakan dan isolasi sosial dari masyarakat.

Di samping itu, penelitian yang dilakukan oleh Tribowo Tuahta Ginting dkk (2008) di RS persahabatan, Jakarta, juga menunjukkan pasien yang mengalami penyakit Tuberkulosis tidak ingin orang lain mengetahui penyakitnya karena persepsi pasien terhadap kemungkinan perlakuan masyarakat bila mengetahui penyakit mereka.

Stigma pada penyakit tuberkulosis dapat menyebabkan keterlambatan pengobatan dan berdampak negatif terhadap kelangsungan berobat. Dampak negatif dalam kelangsungan berobat dapat menyebabkan terputusnya pengobatan pada pasien tuberkulosis yang bisa menyebabkan tidak tuntasnya pengobatan.

Pengobatan yang tidak tuntas dapat menyebabkan Multi Drugs Resistence (MDR-TB). Penelitian di Amerika Serikat menunjukan bahwa MDR-TB menyebabkan kematian yang lebih cepat. Sebanyak 70-90 % pasien meninggal hanya dalam waktu empat sampai dengan enam belas minggu.

Stigma/pandangan negatif yang muncul dimasyarakat mengenai penyakit Tuberkulosis dapat menimbulkan diskriminasi terhadap pasien tuberkulosis. Misalnya saja orang tua akan melarang anaknya bermain dengan anak yang menderita tuberkulosis. Sehingga orang tua penderita akan menyembunyikan status penyakit anaknya karena ditakutkan anaknya menjadi tidak mempunyai teman dan minder. Dampak yang lebih dikhawatirkan adalah orang tua tidak membawa anaknya pergi berobat karena takut orang lain mengetahui penyakit anaknya.

Atasan akan mengucilkan karyawannya yang terkena TB, lebih jauh lagi, mungkin saja karyawannya tersebut dipecat dengan alasan takut tertular TB.

Kekhawatiran mengenai terjadinya penularan penyakit TB memang merupakan salah satu faktor yang menimbulkan diskriminasi. TB memang sangat mudah menular melalui percikan dahak.

Stigma dan diskriminasi terhadap pasien TB ini tentu saja tidak menyelesaikan masalah dan hanya menjadikan pasien TB semakin enggan memeriksakan dan mengobati dirinya lebih lanjut. Karenanya diperlukan penyebaran informasi lebih luas mengenai TB , sehingga pasien TB mendapatkan penanganan lebih baik dan penyebaran TB dapat dikendalikan.

Stigma yang disematkan kepada pasien TB  oleh masyarakat ini harus segera dihilangkan. Penyakit TB bisa menyerang siapa saja dari semua golongan tanpa memandang latar belakang penderita. TB mudah menular melalui percikan dahak dan memang penyakit yang mematikan, dengan catatan “jika tidak diobati dengan benar“.

Selain itu, meski dapat menular dengan cepat, TB bukanlah penyakit kutukan. TB dapat diobati dan penderitanya harus berobat. Jika pasien segera berobat saat merasakan gejala TB dan minum obat sesuai dengan dosis, maka TB bisa sembuh dan tidak menular ke orang lain.

Selama pasien TB menjalani pengobatan dengan rutin sampai tuntas, disertai dukungan dari keluarga dan masyarakat, pasien TB dapat sembuh dan penularan TB dapat dikendalikan.

Jadi mari kita hapuskan beragam stigma yang ada mengenai penyakit TB. Mari bantu pemerintah untuk mewujudkan program Indonesia Bebas TB

Referensi tulisan :

1. www.tbindonesia.or.id

2. www.stoptbindonesia.org

3. www.globaltb.njms.rutgers.edu/tbfaq-tbdisease.htm

4. www.depkes.go.id

Stop Diskriminasi dan Stigma Negatif Terhadap Pasien TB!

Sandal Simpan Di Sini!

Sandal simpan di sini...
Sandal simpan di sini…

Ketika kita hendak memasuki rumah Allah, hendaknya seluruh badan kita suci dari najis. Kita tidak pernah tahu, apa yang terinjak oleh sandal atau sepatu kita di luar. Karenanya, silahkan simpan sandal di sini…

Lebih dari itu, tak hanya suci maknawiyah, mari kita tinggalkan seluruh kotoran baik hati maupun pikiran sebelum memasuki rumah Allah…

“Foto ini diikutsertakan dalam Lomba Foto Blog The Ordinary Trainer”

Sandal Simpan Di Sini!

Peran Serta Masyarakat dalam Pengendalian TB

Baiklah, serial ke-7 artikel mengenai Tuberkulosis ini cukup berat bagi saya. Berat di tengah keadaan harus bolak-balik rumah sakit demi memastikan kondisi Bapak saya. Meski sudah diniatkan menulis jauh hari sebelum Bapak masuk rumah sakit, tetap saja terlupakan. Beruntung seorang teman memberitahu melalui sms, bahwa saya hampir saja melewatkan deadline serial ke-7. Dengan koneksi dan peralatan tempur seadanya, akhirnya selesai juga…

Jadi ceritanya begini, beberapa minggu yang lalu Bapak saya memeriksakan diri ke poliklinik karena beberapa keluhan. Dari hasil pemeriksaan dokter, diperoleh diagnosa bahwa Bapak menderita hernia dan harus segera dioperasi, karena ususnya yang turun ke tempat yang tidak seharusnya.  Continue reading “Peran Serta Masyarakat dalam Pengendalian TB”

Peran Serta Masyarakat dalam Pengendalian TB

K2 Park Superblok, Kawasan Terintegrasi Super Lengkap di Serpong

Pernah dengar apartemen? Pastinya sering donk. Bukan hanya mendengar, contohnya pun bisa dengan mudah ditemukan apalagi di kota-kota besar. Atau malah udah punya nih? Waaah… Selamat ya, karena sudah menjadi bagian dari pemecahan masalah di kota tempat Anda tinggal.

Di kota tempat saya tinggal, Bandung, mulai dari Bandung Utara, Bandung Timur, Bandung Barat, Bandung Selatan, bahkan di tengah kota Bandung sudah banyak berdiri gedung-gedung apartemen/kondominium yang terdiri dari ratusan unit kamar, lengkap dengan berbagai fasilitasnya.

Apartment
Beberapa apartemen yang ada di Bandung

Yup, apartemen memang menjadi solusi untuk kebutuhan hunian yang layak bagi penduduk di daerah yang sedang berkembang. Kenapa bisa begitu? Seperti kita tahu, yang namanya lahan sampai kapan pun tidak akan bisa bertambah, malah cenderung berkurang. Sementara jumlah penduduk apalagi di daerah berkembang yang menjadi pusat pemerintahan, industri dan pendidikan, bisa dipastikan bertambah setiap tahun.

Jumlah sawah/lahan kosong di Bandung saat ini sudah sangat berkurang dibanding 3-4 tahun yang lalu. Sekarang sudah banyak sawah yang beralih fungsi menjadi perumahan. Lalu, bagaimana dengan 3-4 tahun yang akan datang?

Nah, karena lahan untuk rumah tapak/hunian horizontal ini semakin berkurang, maka salah satu solusi untuk memenuhi kebutuhan hunian penduduk adalah dengan membangun hunian vertikal, contohnya ya apartemen ini.

Terus, pernah dengar superblok? Kalau superblok, saya sendiri baru mendengarnya belakangan ini, belum pernah melihat secara langsung. Haduuh… ndeso ya??? Tapi yang terbayang begitu saya mendengar “superblok” adalah blok-blok bangunan super yang ada di kawasan yang juga super besar.

Contohnya? Hmmm…. paling gampang cari contoh Superblok di daerah Jakarta. Kenapa? Di daerah Jakarta sudah banyak berdiri akwasan superblok, diantaranya adalah Podomoro City, Grand Indonesia, Kota Kasablanka, Gandaria City, Kemang Village, CBD Pluit, Season City, Ciputra World Jakarta, dan The St. Moritz Penthouses & Residences, Superblok Rasuna Epicentrum dan masih banyak lagi.

Beberapa superblok yang ada di Jakarta
Beberapa superblok yang ada di Jakarta

Gimana, sudah terbayang bedanya apartemen dengan superblok?

Memangnya, apa perbedaan Apartemen dengan Superblok?

Daripada salah mengartikan, saya iseng nih cari pengertian apartemen dan superblok di KBBI, alias Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Pengertian Apartemen dan Superblok
Kalau kata Ibu Guru, eh… KBBI sih begitu 😀

Lho? Kalau begitu gak ada bedanya donk antara apartemen dengan superblok. Secara satu kompleks apartemen sekarang ini juga banyak yang terdiri dari beberapa tower.

Kalau hanya lewat tulisan susah dimengerti juga ya, apalagi buat orang yang kurang akrab dengan konstruksi bangunan seperti saya hehehe. Tapi berdasarkan contoh-contoh yang saya lihat, kurang lebih perbedaan antara apartemen dengan superblok dapat digambarkan seperti cuplikan video di bawah ini…

Sudah terbayang kan apa bedanya apartemen dengan superblok?

Menurut saya sederhananya seperti ini: Apartemen ini hanya salah satu bagian dari superblok, suatu kawasan yang terdiri dari banyak blok yang meliputi hunian, area komersial, area perkantoran, dan pendidikan.

Superblok sebagai salah satu solusi permasalahan di kota metropolitan

Superblok sebenarnya sudah mulai dikembangkan sejak awal abad ke-19, yaitu dengan konsep dasarnya adalah mengatasi kemacetan melalui peningkatan kepadatan. Tokoh penting yang mengemukakan konsep ini adalah Le Corbusier, yaitu seorang arsitek dan urbanis beraliran sentries. Karya Le Corbusier yang dihasilakn pada tahun 1935 adalah La Ville Radieuse atau Radiant City, yaitu merupakan sebuah rancangan kota dengan model practical dan menggunakan analogi City as machine yang terdiri dari komponen-komponen dengan fungsi yang jelas dan saling terkait untuk menghasilkan suatu kinerja tertentu. Rancangan ini diusulkan untuk dibangun di pusat kota Paris, untuk meningkatkan kapasitas perkotaan dalam rangka memperbaiki kualitas lingkungan dan efisiensi kota (Kostof, 1991 ; Breheny, 1996). Gagasan ini memang tidak pernah direalisasikan, akan tetapi konsep ini telah mengilhami dan menginspirasi pengembangan dan perkembangan superblok lain diberbagai kota dan negara. [1*pidato pengukuhan Guru Besar Fakultas Teknik Universitas Gadjah MadaProf. Ir. Bambang Hari Wibisono, MUP. M. Sc.,Ph.D.]

Superblok sendiri adalah suatu kawasan di konteks urban yang dirancang secara terpadu dan terintegrasi (integrated developement), berdensitas cukup tinggi dalam konsep tata guna lahan yang bersifat campuran (mixed-use).[2]

Superblok merupakan kawasan multi fungsi yang terintegrasi antara fungsi hunian, perkantoran dan komersial. Jadi salah satu syarat dari superblok ini adalah ketersediaan akan apartemen, perkantoran dan perbelanjaan di suatu kawasan yang sama. Diharapkan kegiatan di superblok ini akan mengurangi permasalahan transportasi, karena seluruh aktivitas (tinggal, bekerja, kuliah, belanja) dilakukan di kawasan ini.

Mau ke tempat kerja, tinggal belok kanan. Mau belanja, tinggal belok kiri. Mau pergi sekolah/kuliah, tinggal lurus aja. Gak pake macet! Praktis dan nyaman. Yup, seperti itulah hidup di kawasan properti terpadu/superblok.

Menurut Ridwan Kamil, strategi pembangunan superblok terdiri dari :

Belakangan pembangunan superblok ini semakin marak dilakukan oleh berbagai pengembang. Selain pemanfaatan lahan yang lebih maksimal juga nilai proyek superblok akan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan proyek yang stand alone.

Seperti yang telah saya sebutkan tadi, di Jakarta sendiri sudah banyak berdiri bangunan-bangunan superblok. Mengingat susahnya mencari lahan yang cukup untuk membuat superblok, para pengembang pun ramai-ramai menggali potensi pasar superblok di luar Jakarta dan kota besar lainnya. Salah satunya adalah  K2 Park  Superblock yang dikembangkan oleh developer ternama, Prioritas Land Indonesia, di kawasan Serpong.

K2 Park Superblock, kawasan terintegrasi paling super di Serpong

Sebelum saya bahas mengenai kelengkapan  K2 Park, baiknya saya jelaskan dulu keunikan sekaligus kelebihan yang dimiliki olrh K2 Park .

Penasaran donk, apa sih yang jadi kelebihan dan keunikan  K2 Park  ini? Meski saya sudah pernah membahas ini, tak ada salahnya kalau saya kembali mengulasnya.

Yuk, kita bedah satu per satu!

  • Location

Pastinya sudah tau ya, kalau sejak dulu yang namanya lokasi ini menentukan prestasi. Lho? Koq prestasi?

Hal paling penting yang perlu diperhatkan saat memilih properti adalah lokasi. Terbayang kan kalau lokasi properti yang kita pilih kebetulan jauh dari mana-mana? Mau sekedar shopping saja harus membuang waktu berjam-jam di jalan. Anak sekolah pun harus pergi beberapa jam sebelumnya. Belum lagi kalau ada urusan darurat ke rumah sakit. Wah, baru ngebayangin saja udah ngeselin ya?

Tapi coba kita lihat lokasi  K2 Park  di bawah ini.

Aerial foto K2 Park Superblok

Berdiri di atas lahan seluas 3 hektar,  K2 Park berada di area lokasi emas di antara Lippo Karawaci, Gading Serpong BSD, Alam Sutera dan Modernland. Dari peta satelit yang diperoleh dari google, terlihat bahwa akses jalan dari dan menuju K2 Park sangat mudah, hanya perlu hitungan menit menuju pintu tol Jakarta dan Merak dan 15 menit menuju pintu JORR Jakarta-Serpong.

Mau shopping? Gak perlu pusing apalagi sampai tujuh keliling. Karena K2 Park dikelilingi oleh sejumlah tempat perbelanjaan, diantaranya adalah Lippo Supermall Karawaci, Summarecon Mall Serpong, Mall of Alam Sutera, BSD Square, Teras Kota, BSD Plaza, dan Living World.

Mall di sekitar K2 Park Superblok

Di dekat K2 Park juga terdapat sejumlah rumah sakit, seperti Siloam Hospital Karawaci, Rumah Sakit St. Carolous, Rumah Sakit Awal Bros, Eka Hospital BSD, dan Rumah Sakit Mayapada.

Selain itu, kawasan mixed-use development K2 Park juga dapat di tempuh hanya beberapa menit dari rencana pembangunan Indonesia International Expo Convention Center BSD City (IIECC), Convention and Exhibition Hall terbesar di Indonesia dan bertaraf internasional.

Gak perlu bermacet-macet saat harus berangkat sekolah/kuliah, karena dalam radius K2 Park dikelilingi oleh beberapa sekolah/universitas ternama, seperti Universitas Pelita Harapan Karawaci, Universitas Multimedia Nusantara, Sekolah Pelita Harapan, Swiss German University, Jakarta Nanyang School, Universitas Bina Nusantara, Prasetya Mulya, Stella Maris International School, Sekolah Pahoa, Sekolah Tarakanita, SDK Penabur Serpong.

Dan yang makin membuat prestasi  K2 Park semakin gemilang adalah posisinya yang sangat dekat dengan kampus Untar.

[imagemap id=”3171″]

Kenapa ini layak diperhitungkan? Karena Universitas Tarumanagara adalah salah satu universitas ternama yang ada di Jakarta. Berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan oleh Pusat Data dan Analisa TEMPO untuk menentukan peringkat perguruan tinggi swasta 2010, Untar termasuk salah satu dari 10 Perguruan Tinggi Swasta Terbaik Nasional Tahun 2010. Sementara dari situs Top10Indo, Untar juga berhasil masuk jajaran 10 Perguruan Tinggi Swasta Terbaik (peringkat dunia 1260).

Saat ini Untar memiliki 3 kampus yang semuanya berlokasi di Jakarta. Dan dalam waktu dekat akan segera dibangun kampus Untar yang ke-IV, tidak jauh dari K2 ParkGeser dikit, nyampe deh…

  • Inspired By Nature

Setelah saya mencari tahu berbagai contoh superblok yang sudah ada, rasanya desain bangunan yang ada terkesan biasa-biasa saja. Tapi begitu saya melihat sketsa dan maket K2 Park, langsung takjub dan terpesona.

SS 2014-06-20 at 2.18.14 AM

Siapa yang menyangka kalau keindahan Gunung Zhang Jia Jie Hunan di Cina, Big Hole di Kimberly South Africa dan pergeseran lempeng bumi akibat gerakan tektonik ini bisa digabungkan dan menghadirkan desain bangunan yang megah, modern dan selaras dengan suasana alam pada K2 Park seperti ini.

SS 2014-06-20 at 2.47.17 AM

  • Very Green

Satu lagi nih yang membuat K2 Park ini berbeda dengan kawasan superblok lain yang sudah ada. Kebanyakan superblok yang dikembangkan kurang memperhatikan aspek lingkungan. Berbeda dengan K2 Park yang sama sekali tidak mengesampingkan pentingnya ruang hijau terbuka yang bisa diakses oleh publik.

Di K2 Park terdapat taman terbuka hijau dengan konsep landscape di antara bangunan utama.

Ruang Terbuka Hijau di K2 ParkSelain itu, juga ada water pods yang berfungsi sebagai pohon buatan. Gunanya untuk menampung air hujan juga menjadi peneduh dari sinar matahari. Lahan hijau ini menghadirkan suasana yang rindang, teduh, dan hijau yang nyaman buat penghuninya.

  • Integrated Complex

Meski lokasinya sangat strategis dan dekat dengan berbagai pusat perbelanjaan, perkantoran dan pendidikan, namun K2 Park harus bisa memenuhi syarat superblok seperti yang sudah saya tuliskan tadi, yaitu memiliki fungsi hunian, publik, komersial dan rekreasi bisa hadir dalam satu kawasan. Tentu saja K2 Park memiliki semuanya. Sebagai kawasan mixed-use yang terintegrasi, K2 Park memiliki :

  • 4 Apartment Buildings
  • 1 Hotel Building
  • 1 Office Building
  • Educational complex, Lifestyle Mall

Masterplan K2 Park Superblok

Master Plan K2 Park

Master Plan K2 Park

Selain itu, peruntukan lantai dasar (ground floor use) haruslah digunakan untuk kegiatan retail atau fungsi publik aktif yang secara fisik transparan untuk menjamin hadirnya aktifitas publik dari pagi sampai malam.

K2 Park hadir dengan konsep sunken plaza dengan pusat perbelanjaan bawah tanah. Fasilitas yang tersedia di K2 Park ini akan mempermudah penghuni apartemen melakukan berbagai aktivitas.

  • Nice Payment

K2 Park ini menawarkan pembayaran yang cukup mudah dan bersahabat. Maksudnya bersahabat untuk kantong karena bisa diatur sesuai dengan kemampuan kita. Ada beberapa cara untuk memiliki K2 Park ini yaitu :

Nice Payment K2 park

Masih kurang bersahabat? Coba deh kita lihat penawaran terbaru dari Prioritas Land Indonesia ini :

  • Growing Investment

K2 Park  berada di area yang berkembang sangat pesat dan dikelilingi pemukiman elit, di mana harga rata-rata tanah mencapai 15 – 30 juta per m2, dengan harga rumah untuk luas 240 m2 rata-rata Rp 3.8 M. Harga properti di Serpong dalam 5 tahun sejak 2007 meningkat signifikan, dari harga rumah Rp 1 M di 2007 sekarang menjadi Rp 3.8M.Harga K2 Park setelah jadi diperkirakan mengalami potensi kenaikan sebesar 70-100% dalam 3-4 tahun.

Growing Investment K2 park

Apa yang menjadikan K2 Park Superblock sebagai kawasan super lengkap?

Seperti yang telah dibahas sebelumnya, superblok merupakan sebuah kawasan multi fungsi yang terintegrasi antara fungsi hunian, perkantoran dan komersial. Begitu pula superblok yang sudah banyak berdiri di kota-kota besar di Indonesia. Tapi K2 Park memiliki satu kelebihan lain yang tidak bisa ditemui di superblok lain. Apakah itu?

Education Tower!

Ya, tidak hanya dekat dengan future kampus Untar, K2 Park juga memiliki satu blok yang khusus digunakan sebagai Education Tower.

Education Tower ini rencananya akan diisi oleh sejumlah institusi pendidikan, di antaranya adalah sekolah sekretaris, sekolah musik, dan sekolah public relation.

Education Tower sebagai pusat pendidikan terpadu dilengkapi dengan shuttle bus ke area hunian sekitar yang juga didukung beragam fasilitas yang tersedia untuk para murid di dalam kompleks (cafe, mini market, salon, restoran).

Nah, benar kan apa saya bilang. K2 Park ini memang merupakan kawasan terintegrasi yang superrr lengkap di Serpong. Bahkan saya rasa di kota lain pun tidak ada yang bisa menyamai keunikan dan kelebihan yang dimiliki oleh K2 Park Superblock.

Masih mau tahu tentang K2 Park atau proyek-proyek Prioritas Land Indonesia? Silahkan kunjungi websitenya di sini, atau fanspagenya di Official Prioritas Land Indonesia. Kalau mau lebih jelas lagi, datang langsung ke kantornya di sini :PT. PRIORITAS LAND INDONESIA Ruko Paramount Blitz Jln Raya Kelapa Dua Blok A no 20 Gading Serpong – Tangerang 15810 Telp : (021) 36000 701 – 702 Fax : (021) 21 36000 703

 

Referensi :

  1. http://rachmat-arsitektur.blogspot.com/2012/10/apa-itu-superblock.html
  2. http://ridwankamil.wordpress.com/2008/09/27/superblok-sebagai-model-kendali-pembangunan-kota/
  3. http://www.k2park.com
  4. http://www.prioritaslandindonesia.com
  5. http://www.komplit.org
  6. http://www.okezone.com
  7. http://www.pikiran-rakyat.com
  8. http://www.tribunnews.com

Disclaimer : Tulisan ini diikutsertakan pada “BLOG CONTEST PRIORITAS LAND INDONESIA Tahap 7″. Isi di luar tanggung jawab PT Prioritas Land Indonesia. Mau ikutan? Baca Syarat & Ketentuan di sini.

K2 Park Superblok, Kawasan Terintegrasi Super Lengkap di Serpong

TB Bukan Penyakit Si Miskin Tapi Memiskinkan

Seperti yang kita tahu, Tuberculosis atau TB bisa menyerang siapa saja, tanpa membedakan status sosial dan ekonomi. Mau miskin, kaya, konglomerat, pengangguran, atau pejabat sekalipun bisa saja terserang TB. Laki-laki/perempuan, anak-anak/remaja/dewasa/tua pokoknya semua orang memiliki potensi tertular TB. Perkiraan jumlah kasus TB di dunia sebanyak 8,6 juta, 0,5 juta diantaranya anak-anak dan 2,9 juta pada wanita.

tb.004

Nah, ketika tertular dan positif terjangkit TB, maka mau tidak mau pasien harus berobat sampai tuntas. Kalau tidak, TB bisa berujung dengan kematian dan bukan tidak mungkin orang-orang yang ada di sekitar pasien pun tertular TB. Angka kematian akibat TB di dunia ini mencapai mencapai 1,3 juta jiwa per tahun.

Lain lagi ceritanya saat pasien menjalani pengobatan setengah-setengah. Salah satu alasannya ketika pasien merasa kondisi kesehatan berangsur-angsur mulai membaik. Padahal bakteri TB belum mati sepenuhnya.

Yang ini sih lebih menyeramkan lagi efeknya! Kalau diobati setengah-setengah, TB akan berkembang menjadi TB resisten obat/MDR-TB/XDR-TB (baca tentang TB resisten obat lebih jelas di sini). Orang-orang terdekat dengan pasien TB resisten obat ini pun menjadi lebih rentan tertular TB jenis yang sama.

Kalau sudah berkembang begini memangnya sudah tidak bisa diobati ya?

Oh tenang saja, selama disiplin menjalani pengobatan sesuai aturan dan pengobatan dijalani sampai tuntas, mau TB resisten, MDR-TB atau bahkan XDR-TB sekalipun masih bisa disembuhkan. Tapi, waktu pengobatan yang diperlukan pun lebih lama dari pengobatan TB biasa.

Biayanya? Sudah pasti lebih mahal. Bahkan sampai 200x lipat pengobatan TB biasa!

tb.003

Terus gimana donk? Tidak usah berobat? Menyerah saja?

Pengobatan TB biasa memerlukan waktu minimal selama 6 bulan tanpa terputus. Sementara TB resisten obat/TB-MDR/TB-XDR memerlukan waktu pengobatan selama 2 tahun tanpa terputus, obat yang digunakan pun jauh lebih banyak. Bisa dibayangkan berapa besar biaya yang harus dikeluarkan untuk membeli obat-obatan selama itu.

Dengan alasan itulah, masih banyak orang yang tidak mau menjalani pengobatan TB. Padahal pengobatan TB ini gratis lho. Mulai dari pemeriksaan awal, pemeriksaan penunjang sampai obat semua dijamin pemerintah.

Jadi sebetulnya pasien TB tidak usah putus asa dan menyerah begitu saja. Justru kalau tidak diobati, seperti yang sebelumnya sudah saya ceritakan, TB ini bisa ditularkan kepada orang-orang di sekitar pasien. Begitu seterusnya, ibarat bola salju yang semakin lama semakin besar, pasien TB pun semakin hari akan semakin banyak.

Beban Ekonomi akibat TB

Studi Beban Penyakit Global (Global Burden Disease) 2010 menunjukkan, stroke, tuberkulosis, dan kecelakaan lalu lintas jadi penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Kematian akibat penyakit tak menular mulai mendominasi, tapi kematian akibat penyakit menular tetap tinggi.

Penyakit penyebab kematian tertinggi lainnya adalah diare, jantung, dan diabetes. ”Dari pola penyakit, Indonesia pada transisi menuju negara maju dengan pendapatan per kapita lebih tinggi,” kata peneliti dari Universitas Washington, Seattle, Amerika Serikat, Christopher JL Murray, di Jakarta, Selasa (30/4).

Besarnya beban akibat penyakit tidak menular merupakan ciri negara maju. Termasuk kelompok ini adalah penyakit jantung, stroke, diabetes, dan kanker.

Sebaliknya, tingginya beban penyakit menular adalah ciri negara miskin. Penyakit itu antara lain berupa infeksi saluran pernapasan bawah, diare, HIV/AIDS, malaria, dan tuberkulosis (TB).

Dua dekade terakhir, beban akibat kematian atau kecacatan stroke naik 76 persen. Adapun beban kecelakaan jalan raya naik 36 persen.

Periode yang sama, kata Murray, Indonesia berhasil menurunkan 37 persen kematian akibat TB. Namun, TB tetap merupakan penyakit penyebab kematian tertinggi kedua.

Di Indonesia, setiap tahun terdapat 67.000 kasus meninggal karena TB atau sekitar 186 orang per hari. TB adalah pembunuh nomor satu diantara penyakit menular dan merupakan peringkat 3 dalam daftar 10 penyakit pembunuh tertinggi di Indonesia (SKRT 2004). Selain itu pada usia 5 tahun ke atas, TB merupakan penyebab kematian nomor 4 di perkotaan setelah stroke, Diabetes dan hipertensi dan nomor 2 dipedesaan setelah stroke (Riskesdas 2007).

Hal ini menunjukkan masih banyak pasien TB yang tidak terdeteksi dan tidak dirawat dengan baik.

Secara geografis beban TB tertinggi di kawasan Asia dan Afrika. Dari 40% kasus TB di Asia, didapatkan 60% diantaranya di kawasan Asia Tenggara. Lebih lanjut lagi, TB menyebabkan terhambatnya pertumbuhan TB menyebabkan hilangnya pendapatan rumah tangga sebesar 20-30% dengan nominal sekitar US$ 1000 setiap kasus TB di negara berkembang

Mengapa TB bisa menyebabkan beban sosial dan ekonomi yang sangat besar?

Kasus TB kebanyakan terjadi pada usia produktif yaitu sebesar 70%, sehingga menyebabkan beban sosial dan ekonomi yang sangat besar.

Lho, koq bisa? Bukankah biaya pengobatan ditanggung oleh pemerintah?

Beban biaya ekonomi akibat penyakit TB diperhitungkan dengan melihat alur kejadian dan biaya yang timbul baik pasien yang diobati maupun tidak diobati. Jenis biaya yang diperhitungkan adalah:

  • Biaya medis TB dari pasien yang dirawat (medical cost of patient treated)
  • Beban biaya rumah tangga untuk pasien yang diobati (household cost of patient treated)
  • Kerugian produktivitas akibat disabilitas (loss of productivity due to disability)
  • Kerugian produktivitas akibat kematian prematur (loss of productivity due to premature death)

Meski biaya pengobatan ditanggung sepenuhnya oleh pemerintah, bagaimana dengan biaya sehari-hari yang diperlukan selama berobat? Terlebih ketika TB menyerang anggota keluarga di usia produktif seperti pelajar, mahasiswa atau karyawan yang merupakan tulang punggung bagi keluarga. Dampak fisik pada pasien TB dapat berupa keterbatasan dalam melakukan kegiatan fisik secara normal.

Bila TB menyerang seorang karyawan yang harus bekerja setiap hari, besar kemungkinan jadwal kerjanya menjadi terganggu, karena pengobatan TB memerlukan pasien datang ke klinik atau rumah sakit secara berkala. Selain itu adanya stigma negatif dari lingkungan masyarakat yang sampai sekarang masih banyak ditemukan bahwa pasien TB harus dikucilkan membuat pasien TB mungkin saja dikeluarkan dari tempat kerja dengan alasan khawatir menulari karyawan lain.

Beberapa waktu yang lalu, saya juga sempat membaca perjuangan Susan, blogger yang bapaknya terdiagnosa TB. Perjuangan Susan membawa bapaknya berobat sampai ke luar kota menjadi gambaran nyata, bahwa biaya yang diperlukan bukan hanya untuk pengobatan saja. Sayangnya, persyaratan administrasi rumah sakit tidak mendukung pengobatan bapaknya Susan di rumah sakit tersebut. Bukan hanya biaya transportasi yang hilang, tapi juga waktu yang terbuang begitu saja.

Fakta yang ada menunjukkan bahwa sebesar 75% pasien TB harus mengambil pinjaman atau berhutang untuk biaya pengobatan dan biaya sehari-hari.

Besarnya biaya yang seharusnya dikeluarkan sektor kesehatan untuk penanggulangan penyakit TB kurang lebih dengan memperhitungkan nilai tengah (median) di fase diagnosisnya adalah sebesar Rp. 399.000,- , fase pengobatan intensif sebesar Rp. 509.000,- dan fase kelanjutan pengobatan sebesar Rp. 790.000,-.

Sementara nilai tengah (median) biaya pengobatan MDR-TB jauh lebih tinggi, yaitu Rp.450.000,- untuk fase diagnosis, Rp.10.453.000,- untuk fase pengobatan intensif, dan Rp.11.893.000,- untuk fase kelanjutan pengobatan MDR-TB.

Sekarang kita coba kalikan angka-angka di atas dengan jumlah pasien TB yang ada di Indonesia. Terbayang kan betapa besarnya beban yang harus ditanggung oleh negara untuk menangani TB ini.

Ini baru beban ekonomi, belum memperhitungkan dampak sosial dan mental terhadap pasien TB yang bisa saja terisolasi atau dikucilkan oleh masyarakat. Berdasarkan penelitian persepsi pasien tentang TB menunjukkan reaksi pasien saat mengetahui diagnosa : yaitu 50% mengalami kekhawatiran dan 9% diantaranya memiliki pikiran untuk bunuh diri.

Meskipun kesakitan dan kematian karena Tuberkulosis pada berbagai kelompok umur juga mengakibatkan beban sosial dan ekonomi yang nyata: kematian orang dewasa pada usia produktif yang biasanya merupakan orang tua/kepala keluarga/pekerja produktif akan menyebabkan beban cukup besar. Ditambah lagi TB ini banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah, sehingga beban yang harus ditanggung keluarga menjadi lebih berat.

Peran serta kita dalam mengurangi beban negara

Banyak yang bisa kita lakukan untuk mengurangi beban negara dalam hal penanganan penyakit TB ini, diantaranya :

  1. Menjaga pola hidup yang sehat, baik bagi diri sendiri maupun keluarga terdekat, sehingga bisa meminimalisir resiko tertular TB. Menjaga kesehatan dan membersihkan lingkungan dengan teratur adalah salah satu langkah nyata agar kita terhindar dari penularan TB.
  2. Aktif memberikan pengetahuan mengenai TB pada orang lain, bahwa meski mudah menular, TB sangat bisa diobati sampai sembuh. Jika keluarga ada yang menderita TB, sebaiknya kita juga aktif menjadi PMO agar pasien TB mengonsumsi obat sesuai dosis dan aturan sampai masa pengobatan selesai.
  3. Jika menemukan keluarga, tetangga, atau orang di sekitar kita mengalami gejala TB, hendaknya kita juga membujuk dan membawa orang yang diduga terkena TB untuk memeriksakan diri.
  4. Memotivasi para pasien TB supaya punya semangat juang untuk sembuh, karena TB memang bisa disembuhkan.

Kalau bukan kita siapa lagi? Kalau bukan sekarang kapan lagi? Yuk kita sama-sama menyebarluaskan informasi positif tentang penanganan TB ini, bukan tidak mungkin TB pun enggan singgah di Indonesia.

Untuk seorang penderita TB biaya (nilai tengah=median) yang ditanggung negara di fase diagnosis adalah sebesar Rp339.000,-; kemudian untuk fase pengobatan intensifnya sebesar Rp509.000,-; ada pun untuk fase kelanjutan pengobatannya adalah sebesar Rp790.000,-. – See more at: http://niaharyanto.blogspot.com/2014/06/beban-berat-penyakit-tb-kematian-dan.html#sthash.P2JQ48pd.dpuf

Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog TB sesi 6

Referensi :

www.tbindonesia.or.id

www.depkes.go.id

www.pppl.kemkes.go.id

www.kesehatan.kompasiana.com

http://www.kpmak-ugm.org/2012

TB Bukan Penyakit Si Miskin Tapi Memiskinkan